Berita 

Suatu Hari di Kampung Konservasi

Litera.co.id (Tangsel)- “Puisi bagi saya adalah alat pemberontakan pada kekuasaan,” demikianlah ucapan pembuka Kusen ph.D di depan para peserta workshop penulisan puisi dan film yang diselenggarakan di kampung konservasi Caping Biru, Kampung Jati, Ciater, Tangerang Selatan pada hari Sabtu (20/5) yang bertepatan dengan hari kebangkitan nasional.

Kusen lalu membacakan puisinya yang berjudul “Kakekku Pahlawan, Aku Cucunya,” sebuah puisi yang menurut Kusen sudah ia baca hingga ratusan kali. Puisi yang berkisah tentang penggusuran di sebuat tempat di Jakarta yang ia jumpai ketika pertama kali ia datang ke Jakarta. Pengalaman yang mengguncangkan batin karena sebagai warga kampung dari pelosok, ia tentu saja belum pernah mengalami dan menemui apa yang disebut penggusuran.

Kusen, yang kini adalah ketua komite sastra Dewan Kesenian Tangerang Selatan (DKTS) lebih lanjut mengatakan bahwa baginya puisi itu lahir karena ada ketidakadilan. Selama ada ketidakadilan tersebut, ia akan melawan dengan puisi. Kusen tentu saja ingin menekankan semangat tersebut kepada para peserta workshop yang pada umumnya adalah para siswa SMP.

Kusen yang juga pengajar di sebuah universitas Islam negeri tersebut menambahkan bahwa dalam menulis puisi, ia akan menggunakan diksi yang jelas dan mudah dimengerti. Pembaca yang membaca puisinya akan dengan mudah mengerti pesan yang ia sampaikan. Ia tidak bermain simbol atau yang lainnya yang sering orang gunakan dalam puisi karena itu akan butuh waktu lama untuk menangkap pesannya.

“Karena puisi adalah alat pemberontakan bagi saya, maka itulah saya gagal menulis puisi cinta yang romantis. Sampai saat ini, saya hanya mampu menulis satu puisi cinta untuk seorang yang dekat dengan saya saat masih di bangku SMP,” tegasnya.

Workshop yang juga dihadiri para pengurus DKTS tersebut juga dibarengi dengan workshop film yang disampaikan oleh ketua komite film DKTS, Eko Cahyo Widianto. Eko didampingi komite film lainnya, Zaenal Radar T. Zaenal adalah seorang penulis skenario sinetron. Hadir juga Alex Latief, seorang sutradara. Ia datang ke acara workshop ingin berbagi pengalaman.

Acara yang sebenarnya telah cukup lama diagendakan DKTS tersebut berlangsung dengan baik meski jumlah pelajar yang datang terbilang sedikit.

Ketua umum DKTS, H. Shobir Poer ketika berbincang dengan Litera mengomentari jika ia juga kurang mengerti mengapa jumlah pelajar yang datang tak seperti yang ia harapkan.

“Saya sudah koordinasi dengan dinas terkait untuk merekomendasikan beberapa kepala sekolah mendelegasikan beberapa siswanya untuk mengikuti workshop ini,” tutur ketum DKTS.

Wokshop yang dimulai agak terlambat tersebut tetaplah berjalan dengan penuh khidmat. Para pelajar yang hadir mengikuti dengan serius selama empat jam lebih sejak dimulai pkl 11.00 hingga berakhir hampir pada pkl 16.00. (Mahrus Prihany)

Related posts

Leave a Comment

15 − eight =